– Amerika Serikat (AS) dan sekutunya Uni Eropa (UE) kalah telak dalam “perang” melawan Rusia. Perang yang dimaksud bukan pertempuran sengit dengan menggunakan senjata, melainkan perang minyak.
Pendapatan minyak Rusia rebound https://rtphuat138slot.online/ pada bulan Maret dan April 2023 ini. Bahkan, mencapai tingkat tertinggi sejak November tahun lalu.
Hal ini terungkap dari data Centre for Research in Energy and Clean Air (Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih/CREA), sebuah think tank independen asal Finlandia, yang dirilis Rabu (24/5/2023). “Pendapatan Rusia dari ekspor minyak telah pulih dari level yang dicapai pada Januari dan Februari,” tulis lembaga itu, dikutip CNBC International.
Moskow dilaporkan telah berhasil mendapatkan kembali pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil tersebut meskipun sanksi larangan impor Uni Eropa (UE) berlaku sejak akhir tahun. Pembatasan harga minyak global (price cap) sebesar US$ 60 per barel oleh kelompok G7 yang dibuat Desember juga tak efektif.
“UE telah gagal dalam komitmennya untuk meninjau batas harga setiap dua bulan untuk memastikan harganya tetap lebih rendah dari harga pasar rata-rata,” kata analis utama di CREA Lauri Myllyvirta dan salah satu penulis laporan tersebut.
“Ini indikasi yang jelas bahwa penegakan hukum tidak berjalan dengan baik,” tambahnya.
Pemulihan pendapatan minyak Rusia pun diperkirakan akan berlanjut. CREA menulis, bakal ada peningkatan yang lebih besar terjadi pada bulan Mei.
“Artinya, setelah mencapai titik terendah pada awal 2023, pendapatan pajak minyak Rusia telah pulih karena peningkatan penjualan,” katanya.
Dalam data yang sama, terungkap bahwa sejak larangan impor UE dan price cap dilakukan AS cs ke minyak Rusia, Moskow telah memperoleh sekitar US$62,5 miliar pendapatan ekspor. Sebagian besar dari minyak lintas laut, yang diangkut dengan kapal tanker yang diasuransikan atau dimiliki Eropa.
“Kecuali jika koalisi (G7) mengambil tindakan (baru) untuk (makin) menurunkan tingkat batas harga,” tambahnya lagi menyindir aksi baru dari sanksi ke Rusia.
Rusia mendapat rentetan sanksi dari Barat akibat perangnya di Ukraina. Meski begitu serangan yang terjadi sejak Februari 2022 itu tak kunjung berhenti dan setop di meja perdamaian.
Moskow dilaporkan telah berhasil mendapatkan kembali pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil tersebut meskipun sanksi larangan impor Uni Eropa (UE) berlaku sejak akhir tahun. Pembatasan harga minyak global (price cap) sebesar US$ 60 per barel oleh kelompok G7 yang dibuat Desember juga tak efektif.
“UE telah gagal dalam komitmennya untuk meninjau batas harga setiap dua bulan untuk memastikan harganya tetap lebih rendah dari harga pasar rata-rata,” kata analis utama di CREA Lauri Myllyvirta dan salah satu penulis laporan tersebut.
“Ini indikasi yang jelas bahwa penegakan hukum tidak berjalan dengan baik,” tambahnya.
Pemulihan pendapatan minyak Rusia pun diperkirakan akan berlanjut. CREA menulis, bakal ada peningkatan yang lebih besar terjadi pada bulan Mei.
“Artinya, setelah mencapai titik terendah pada awal 2023, pendapatan pajak minyak Rusia telah pulih karena peningkatan penjualan,” katanya.
Dalam data yang sama, terungkap bahwa sejak larangan impor UE dan price cap dilakukan AS cs ke minyak Rusia, Moskow telah memperoleh sekitar US$62,5 miliar pendapatan ekspor. Sebagian besar dari minyak lintas laut, yang diangkut dengan kapal tanker yang diasuransikan atau dimiliki Eropa.
“Kecuali jika koalisi (G7) mengambil tindakan (baru) untuk (makin) menurunkan tingkat batas harga,” tambahnya lagi menyindir aksi baru dari sanksi ke Rusia.
Rusia mendapat rentetan sanksi dari Barat akibat perangnya di Ukraina. Meski begitu serangan yang terjadi sejak Februari 2022 itu tak kunjung berhenti dan setop di meja perdamaian.