Dolar AS Biang Kerok, Tetangga RI Terancam “Kiamat”
Kelangkaan solar melanda Laos. Baru-baru ini, warga di negara itu dilaporkan mengalami kesulitan dalam mencari bahan bakar untuk kendaraan.
Radio Free Asia (RFA) melaporkan banyaknya stasiun bahan bakar yang telah memasang tanda darurat bertuliskan semua bahan bakar telah terjual habis. Banyak yang sudah mengantri pun dilaporkan harus memutar balik karena terbatasnya stok.
“Saya menunggu di pompa bensin selama setengah jam untuk membeli solar,” kata seorang pengendara motor di ibu kota Vientiane kepada RFA Lao yang tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan, dikutip Kamis (25/1/2024).
“Beberapa jam kemudian stasiun itu benar-benar tutup,” tambahnya.
Pengendara itu mengaku https://38.180.14.226/ hanya diperbolehkan membeli solar senilai 200.000 kip atau senilai Rp 153 ribu. Sebagai acuan, harga solar di Vientiane saat ini adalah 20.780 kip (Rp 16 ribu) per liter, naik 600 kip dari minggu lalu.
Seorang pengemudi truk di provinsi selatan Savannakhet mengalami masalah serupa ketika mencoba mengisi bahan bakar di sana. Ia mengatakan bahwa dia ditolak di beberapa stasiun sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk mengisi bahan bakar.
“Saya memasukkan solar senilai lebih dari empat juta kip (Rp 3 juta) ke dalam truk saya. Saya khawatir kekurangan ini akan semakin parah,” ujarnya.
Seorang petugas pompa bensin di Vientiane mengatakan kepada RFA bahwa sebagian besar pompa bensin memiliki bahan bakar reguler untuk dijual. Namun kehabisan bahan bakar solar.
“Saya baru saja bertanya kepada bos saya, yang mengatakan kami tidak punya solar saat ini dan kami tidak tahu kapan kami akan punya lebih banyak solar,” katanya.
Penyebab
Kelangkaan sendiri terjadi saat Laos tidak mampu lagi mengimpor bahan bakar yang dibutuhkan. Ini dipengaruhi oleh menguatnya dolar AS terhadap kip Laos.
Seorang pejabat Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Laos mengatakan pihaknya membeli bensin dalam dolar AS dari negara lain dan menjualnya dalam kip, “Ketika kami ingin membeli lebih banyak gas, kami harus menukarkan kipnya dengan dolar AS. Untuk mengimbangi depresiasi, kita harus menaikkan harga,” paparnya.
Kip hanya turun sedikit terhadap dolar AS hingga akhir tahun 2021, ketika kip jatuh drastis. Menurut xe.com, pada bulan September 2021 US$ 1 bernilai sekitar 9500 kip dan pada akhir tahun 2022 telah melampaui angka 17.000.
Kip stabil pada awal tahun 2023, namun terus menurun pada bulan April dan melampaui angka 20.000 pada bulan September, sebelum kembali stabil pada kisaran 20.500 dalam beberapa bulan terakhir tahun ini.
Sementara itu, koran lokal Vientiane Times juga menyebutkan penutupan sementara kilang minyak di Thailand. Ini pun menjadi penyebab dari kelangkaan tersebut.
Jurus Pemerintah
Dengan adanya situasi ini, pemerintah Laos menegaskan tidak akan diam. Pejabat Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Laos menjelaskan pihaknya telah berusaha keras untuk memperbaiki masalah ini dan berkoordinasi dengan beberapa pihak.
“Semua departemen terkait di pemerintah sedang berusaha mengatasi kekurangan tersebut,” katanya.
“Mereka sudah mengeluarkan beberapa pengumuman pagi ini,” katanya.
Sebuah pernyataan dari Asosiasi Bahan Bakar dan Gas Laos pada hari Selasa mengatakan alasan di balik kekurangan tersebut adalah karena kilang minyak utama di negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam telah menghentikan produksi untuk meningkatkan jalur produksi mereka. Keduanya harus melanjutkan produksi pada akhir bulan ini. .
Sementara itu, Departemen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, dan Asosiasi Bahan Bakar dan Gas Laos telah melakukan pembicaraan dengan importir dan distributor bahan bakar untuk mencoba mencari solusi. Pada Rabu pagi, Departemen Perdagangan Dalam Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Laos mengimpor 140 juta liter (37 juta galon) bahan bakar per bulan, 80% di antaranya adalah solar.