Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan salah satu perusahaan China menawarkan diri untuk menggantikan posisi Air Products and Chemical Inc dari proyek konsorsium hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di Indonesia.
Air Products and Chemical Inc sebelumnya memutuskan hengkang dari proyek konsorsium hilirisasi batu bara menjadi DME.
“Kalau China menawarkan diri sudah sih kemarin, kami akan coba lihat bulan Mei,” ujar Luhut dalam konferensi pers di Kemenko Marves, dikutip Minggu (16/4/2023).
Sementara, Luhut mengatakan masih akan ada tahapan yang harus dilakukan untuk mencari pengganti Air Products. “Saya kira masih ada tahapan yang kami lebih giatkan lagi, Air Products itu kan teknologinya dari China juga kan,” jelas Luhut.
Sebelumnya, Air Products membentuk konsorsium bersama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).
Tak hanya itu, Air Products juga mundur dari proyek hilirisasi batu bara menjadi metanol di Kalimantan Timur bersama dengan perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi, Triharyo Soesilo menyatakan ada berbagai faktor yang membuat Air Products hengkang dari proyek DME. Salah satunya karena DME baru pertama kali ada di Indonesia.
Kemudian, Indonesia juga baru menyusun regulasi mengenai DME. “Sementara Air Products di Amerika Serikat (AS), Joe Biden banyak memberikan insentif yang mendorong transisi energi investment, jadi mungkin dia tidak bisa menunggu terlalu lama ya,” ucap Triharyo Soesilo saat ditemui di Menara Danareksa beberapa waktu yang lalu.
Lebih lanjut Triharyo mengatakan belum ada perusahaan yang menggantikan Air Products dalam konsorsium tersebut. Meski begitu, ia menilai perusahaan China menjadi investor potensial karena merupakan produsen DME dengan jumlah besar mencapai 12 ton.